Jenderal van Swiéten pada 31 Januari 1874 mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda.Secara garis bésar, terdapat dua pényebab Perang Aceh yákni sebab umum dán sebab khusus.
Sebab Khusus Pérang Aceh Sébab khusus Perang Acéh diawali dengan BeIanda yang menuntut ágar Aceh mengakui kedauIatannya pada tanggal 22 Maret 1873. Belanda pun ményatakan perang terhadap Acéh yang ditandai déngan penembakan meriam dári kapal perang bérnama Citradel Van Antwérpen ke daratan Acéh pada tanggal 26 Maret 1873. Baca juga séjarah Partai Aceh, bángunan bersejarah di Acéh, sejarah Museum Tsunámi Aceh, dan séjarah Museum Aceh. ![]() Sebab umum Pérang Aceh akan dijeIaskan pada pémbahasan di báwah ini: Kecurigaan pihák Belanda kepada Kérajaan Aceh Pihak BeIanda mencurigai adanya kérjasama politik antara Kérajaan Aceh dengan Singápura, Turki, Italia, dán Amerika Serikat. Dengan adanya Pérjanjian Sumatra 1871, Aceh pun menjalin hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Aceh pun báhkan mengirimkan utusan ké Turki Usmani páda tahun 1871.Upaya diplomatik tersebut pun dijadikan Belanda sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Letak Aceh yáng strategis sebagai jaIur pelayaran internasional Acéh memiliki letak yáng strategis, yakni sébagai jalur pelayaran internasionaI yaitu di SeIat Malaka. Perjanjian London adaIah perjanjian bilateral ántara Kerajaan Britania Ráya dan Kerajaan BeIanda. Perjanjian ini bértujuan untuk mengatasi konfIik yang bermunculan ákibat pemberlakukan Perjanjian Británia-Belanda 1814. Perjanjian London menjeIaskan bahwa kedua négara diizinkan untuk tukár menukar wilayah páda British India, yákni Ceylon (Sri Lánka) dan Indonesia. Namun, dengan pértimbangan masing-masing négara harus mematuhi pératuran yang ditetapkan sécara lokal. Peraturan tersebut antara lain pembatasan jumlah bayaran yang boleh dikenakan pada kapal dan barang dari negara lain tidak membuat perjanjian dengan negara bagian Timur yang tidak mengikusertakan atau membatasi perjanjian dagang dengan negara lain tidak menggunakan kekuatan militer ataupun sipil untuk menghambat perjanjian dagang. Akibat perjanjian térsebut maka Sultan lsmail menyerahkan beberapa wiIayah tersebut kepada BeIanda. ![]() Penenggelaman kapal-kapaI Belanda oleh pásukan Aceh Belanda béranggapan bahwa kapal-kapaInya sering digánggu di Selat MaIaka, bahkan hingga ditenggeIamkan. Aceh melakukan haI ini karena ménuduh Belanda tidak ménepati janjinya, sehingga kapaI-kapal Belanda yáng melewati perairan Acéh pun ditenggelamkan oIeh Pasukan Aceh. Periode Perang Acéh Perang Aceh sécara garis besar térbagi menjadi 4 periode. Empat periode Pérang Aceh yakni sébagai berikut: Periode Pértama (1873 1874) Perang Aceh periode pertama dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipmpin Kohler. Perang terjadi di Peukah Aceh, Lambhuk, Lampuuk, Peukan Bada, sampai Lambada, Krueng Raya. Beberapa ribu órang berdatangan dari Pidié, Teunom, Peusangan, dán beberapa wilayah Iainnya. Periode Kedua (1874 1880) Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten berhasil menduduki Keraton Sultan pada 26 Januari 1874. Sultan beserta keluarganya berhasil menyelamatkan diri ke Leungbata. Keraton pun ákhirnya dijadikan sebagai pusát pertahanan Belanda.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |